Sabtu, 15 September 2012

Sungguh Nikmatnya Keberkahan di Bulan Ramadhan

http://lp3i.ac.id/cerpen/view_artikel.php?id=633http://lp3i.ac.id/cerpen/view_artikel.php?id=633


Sungguh Nikmatnya Keberkahan di Bulan Ramadhan “Kutemukan Keharmonisan Keluarga, Kebersamaan Sosial, Persahabatan Mumpuni, dan Calon Imamku”
Sembilan belas hari lamanya liburan bulan Ramadhan dan Syawalku bersama keluarga di rumah, yakni tanggal 9 – 27 Agustus 2012. Yah, hanya sembilan belas hari dari enam puluh hari seharusnya selama Ramadhan dan Syawal. Hal itu karena kodratnya diriku yang sedang menempuh bangku kuliah yang sebelumnya masih menempuh masa perkuliahan. Namun, selama liburan itulah yaitu selama sepuluh hari coretan Ramadhanku terindah dibandingkan tahun sebelumnya. Mau tahu? Penasarankah?. Ayo kita telusuri… Ramadhan, rumah, keluarga, tiga kata yang penuh makna jika saling dihubungkan. Ya kata-kata itu bermakna ”kutemukan keharmonisan keluarga”, untuk pertama kalinya di tahun ini, Ramadhan ini, diriku benar-benar merasakan suatu keharmonisan bersama keluarga. Sungguh indahnya hidup ini dengan hadirnya adik bungsuku yang semakin tumbuh besar, lucu, pintar, dan tampan menambah suasana yang harmonis di keluargaku. Saling gotong royong dalam hal pekerjaan rumah pun tak terlewatkan bersama keluarga. Sahur dan buka puasa bersama, tarawih ke mushalla bersama-sama, nonton televisi bersama-sama, merawat adik bungu bersama-sama, semuanya dalam kebersamaan keluarga. Hal itulah, yang membuat suasana harmonis dalam sebuah keluarga. Selain kebersamaan keluarga, kegiatanku pun tak luput dari amanah organisasi atas nama sebuah alumni Sekolah Menengah Atas (SMA). Amanah yang kuemban ini sungguh pengorbanan yang dahsyat. Organisasi yang dipikul oleh orang-orang yang masih muda , dengan dukungan alumni yang senior, terlaksanakanlah awal puncak acara yang digagas sejak 29 April 2012, acara tersebut lingkupnya seluruh angkatan alumni. Suka duka perjalanan selama empat bulan lamanya, Tidak mudah menemukan pribadi remaja yang seperti ini, mayoritas diantara mereka ialah ingin bersenang-senang, tanpa mengetahui perngorbanan yang telah dilakukan, berbagai aral melintang yang dihadapi dan segala sesuatunya. Komitmen pun di sini tersirat, tanpa imbalan, hanya ingin kontribusi untuk sesama alumni , almamater, daerah, dan semoga Indonesia. Dunia ini indah segala sesuatunya, begitu pun dengan sahabat. Tanpa sahabat hidup kita serasa gersang, serasa berada di panas teriknya matahari, serasa panasnya di padang pasir. Tanpa sahabat hidup kita serasa aneh, kepada siapa kita berkeluh kesah, kepada siapa kita meminta pertolongan, dan sebagainya. Ya , sahabatlah mengambil alih fungsi ini dalam hal sesama makhluk-Nya. Kutemukan persahabatan yang mumpuni, persahabatan yang diriku kagum didalamnya, persahabatan yang tidak hanya mementingkan kualitas persahabatan untuk dirinya sendiri , tetapi juga memikirkan lingkungan sekitar. Yakni, kegiatan sosial yang sungguh mulia, lahir dari kalangan akademis, berasal dari keluarga yang sederhana ,namun masih peduli dengan lingkungan sekitar. Berikut dia berkata, “boleh ngasih masukan? gimana kalo mulai bulan syawal kita ngadain koin infimel,jadi nanti masing-masing kita harus punya celengan buat nabung tiap hari 200-500 rupiah..bila prlu kalo ada koin 100 rupiah jangan sungkan2 kita ambil,apalagi gengsi,,hehe.. insya all0h taun depan kita bakalan pecahin bareng2 celengan tersebut hasilnya kta sumbangin pada mereka yang membutuhkan... gimana melin usulanku bisa ditrima ga?”Masya Allah, sungguh indah persahabatan seperti ini. Begitulah , jika kita dekat dengan orang – orang baik, insyaAllah akan saling mengingatkan. Di penghujung Ramadhan tahun ini, keberkahan bertambah dahsyatnya. Alhamdulillah, sesuai mayoritas perkataan orang “jika kita bersyukur, akan bertambah pula kenikmatannya”. Itulah yang kualami. Seseorang hadir dalam hidupku, namun tak sekedar hadir begitu saja, ia hadir dengan predikat seseorang yang lebih dan lebih dari yang lain. Spesial, begitulah ungkapan yang tepatnya. Ia hadir dengan cara yang baik, jalan yang baik, tentu pula spesial darinya. Berawal dari saling kejujuran, ia berbeda dengan yang lainnya, di saat orang lain menyebutnya “nembak”, ia menyebut “lamaran”, orang lain menyebut “pacaran” , ia menyebut “taaruf”, dan di saat orang lain menyebut “pacar”, ia menyebut “calon istri”. Hal demikian mencerminkan betapa pahamnya dia dalam hal agama, yang mengharamkan istilah “pacaran”. Alhamdulillah, sosok yang pantas untuk menjadi calon imamku kelak, paham agama dan baik, syarat mutlak minimal. Ingat sesuai hadits pun jika hendak mencari calon istri/suami, maka pertimbangkanlah dari agama. Serasa lengkap keberkahanku selama Ramadhan ini, Alhamdulillah sungguh nikmatnya keberkahan dari-Nya. Semoga kita semua selalu memperoleh keberkahan dari-Nya setiap saatnya. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar