Senin, 17 September 2012

Mengapa (Harus) Mentoring?

Berikut postingannya,, mari kita renungkan bersama
Entah anak kuliahan atau anak SMA, biasanya akan melakukan sebuah kegiatan belajar tambahan yang biasa kita sebut namanya les. Entah les matematika, les bahasa Inggris, Kimia, dan lain sebagainya. Kita dengan sangat perlu dan butuh pendalaman masalah tersebut agar nilai kita mendapat nilai A atau 100.
Biasanya pas les ada “ritual-ritual” khusus yang diberikan. Pertama, jumlahnya tidak sebesar kelas normal, kelasnya relatif kecil. Kedua, ada evaluasi berkala. Ketiga, adanya iklim yang timbal balik antara pengajar dan yang diajar.
Hasil dari proses yang demikian biasanya menunjukkan hasil yang lebih maksimal dibandingakan dengan siswa atau mahasiswa yang hanya belajar pada kelas-kelas regular, ceteris paribus. Angka-angka yang ditunjukkan oleh orang yang suka “ngeles” biasanya menujukkan nilai yang lebih tinggi. Bisa jadi bintang kelas atau sekolah atau kampus.
Bagaimana dengan pelajaran agama kita? Saya kira sampai dengan saat ini belum ada lembaga bimbingan belajar agama Islam untuk anak SD sampai dengan kuliahan. Ya, ada sedikit ma’had yang bisa kita akses, itu pun sangat spesifik bidang pembelajarannya. Lembaga terbaik yang bisa kita akses untuk menjaga agama kita, menambah ilmunya, dan mengeratkan persaudaraan sesama muslim adalah Lembaga Mentoring.
Mengapa? Ingat apa yang dilakukan Bimbingan Belajar terhadap murid-muridnya? Kira-kira itulah yang bisa kita dapatkan. Lebih dari itu, ada hal lain yang akan kita dapatkan.
Mentoring ada evaluasi diri berkala, bisa harian, bisa mingguan, dan bisa bulanan. Dengan ini kita bisa mengetahui seberapa jauh pemahaman kita terhadap Islam, seberapa baik perkembangannya, adakah peningkatan atau penurunan. Dengan begitu, kita akan selalu mengevaluasi diri, membenarkan yang benar dari kita dan meluruskan yang salah. Meningkatkan yang kurang, dan mengurangi bahkan meninggalkan yang salah dan tidak penting. Kualitas kita akan bertambah.
Kedua, jumlah maksimal mentoring biasanya 10-15 orang. Untuk sebuah proses belajar, ini jauh lebih baik dari pada kuliah yang 50-120 orang atau sekolah yang 30an lebih. Proses belajar lebih bisa terfokus, terarah, dan terevaluasi.
Ketiga, adanya timbal-balik antara mentor dan menti. Dengan jumlah orang yang sedikit, komunikasi bisa lebih lancer, bisa saling mengoreksi satu sama lain, menasehati, dan saling mendukung. Waktu saya mentoring di SMA, teman-teman satu mentoring saya menjadi Ketua OSIS, PMR, Pramuka, KOPSIS, Cyber Community, English Conversation Club, Ketua Sekbid V dan III OSIS. Artinya, timbal-balik antara kami bisa menghasilkan prestasi.
Kita bisa lihat banyak Mahasiswa Berprestasi yang ikut mentoring, Presiden Mahasiswa juga mentoring, pimpinan lembaga kemahasiswaan juga banyak. Artinya, mentoring mendukung kita untuk berkarya dan berprestasi lebih. Ini baru satu plus dari mentoring.
Plus lainnya adalah kita mendapatkan ilmu yang lebih mendalam dari sekedar kuliah, kajian umum, seminar, workshop, dan pelatihan. Ada yang bilang, bahwa privat lebih bagus. Saya bilang, iya. Boleh juga klo mau prifat, yang penting mentornya mau.
Programnya juga banyak, ga cuma belajar ngaj, ada olah raga, jalan-jalan, makan-makan, diskusi, naik gunung, dan lain-lain. Sangat pas buat pengembangan diri.
Ini spesial buat kita, apalagi ditambah dengan tanpa biaya alias gratis 100%. Malah kadang mentornya yang kasih makan, traktir, dll.
So, mengapa kita masih berpikir untuk mentoring? Segera hubungi KAMMI, LDK AH, LDF di masing-masing fakultas.
* Ketua Departemen Kaderisasi KAMMI IPB 2010-2011, Ketua Komisi I DPM KM IPB 2010-2011, Ketua DPM FEM IPB, 2009-2010, Ketua DPM TPB 2007-2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar